
Bayangkan ini: Di ruang makan, seorang ibu berkata, ‘Kamu selalu bikin berantakan!’ sambil merapikan piring yang berceceran. Sang anak menunduk atau mengabaikan. Mungkin bagi sang ibu, itu hanya keluhan biasa, tapi bagi anak, itu adalah ‘label.’ Suatu hari, ia tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya memang berantakan dan tidak bisa melakukan sesuatu dengan rapi dan benar.
“Pernahkah Anda berpikir, apa dampaknya jika setiap hari anak Anda mendengar ucapan seperti itu?”
Kata-kata adalah alat paling sederhana yang dimiliki orang tua untuk membimbing anak. Tapi sayangnya, tanpa disadari, ucapan kita sehari-hari justru bisa menjadi penghalang bagi masa depan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan ucapan positif cenderung lebih percaya diri, resilien, dan sukses. Sebaliknya, ucapan negatif dapat menciptakan rasa takut, rendah diri, bahkan pola pikir yang terbatas. Studi ini menemukan adanya hubungan antara kekerasan verbal oleh orang tua dengan rendahnya kepercayaan diri pada anak usia dini. Ucapan negatif dari orang tua dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga dan takut untuk berekspresi. Sebagai contoh, penelitian dari Darcia Narvaez (University of Notre Dame) menunjukkan bahwa kekerasan verbal dapat memengaruhi cara anak merespons stres, menyebabkan ketidakmampuan dalam mengelola emosi dan menurunkan kualitas hubungan sosial mereka. Selain itu, jurnal Developmental Psychology (2020) menyebutkan bahwa kritik verbal yang berlebihan berdampak langsung pada pembentukan pola pikir tetap (fixed mindset) pada anak usia dini.
Dalam Al-Qur'an, Allah juga memberikan panduan tentang bagaimana berbicara dengan baik. Salah satunya melalui konsep "qoulan" dalam berbagai bentuk: qoulan karima (perkataan yang mulia, QS. Al-Isra: 23), qoulan layyina (perkataan lembut, QS. Thaha: 44), dan qoulan ma'rufa (perkataan yang baik, QS. Al-Baqarah: 235). Setiap jenis qoulan ini memberikan penekanan akan pentingnya berbicara dengan cara yang membangun, lembut, dan penuh penghormatan.
Sebagai generasi orang tua millennial yang peduli dengan masa depan anak, kita mungkin sudah familiar dengan pentingnya memberikan pendidikan terbaik. Tapi, pernahkah kita mengevaluasi bagaimana ucapan kita di rumah? Hal sederhana seperti cara kita berbicara ternyata memiliki dampak besar yang tak terduga.
Hari ini, kita menjalani peran sebagai orang tua yang tidak mudah. Dalam kelelahan setelah bekerja seharian, ucapan seperti “Kenapa sih kamu nggak bisa diam?” atau “Kamu ini bikin ibu capek!” keluar tanpa disadari. Pada awalnya anak mungkin terlihat biasa saja, tapi perlu kita ketahui bahwa mereka menyerap semuanya.
Seorang anak yang terus mendengar, “Kamu malas belajar,” mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa ia memang malas dan tidak akan pernah berhasil di sekolah atau kehidupan karirnya nanti. Sebaliknya, anak yang dimotivasi dengan kalimat, “Kamu bisa mencoba lebih baik besok,” belajar untuk melihat kesalahan sebagai tangga untuk memanjat lebih tinggi. Ucapan yang diulang-ulang akan membentuk pola pikir anak, baik secara positif maupun negatif.
Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari ini bukan?. Ucapan yang dianggap sepele, bahkan ucapan yang berniat baik, jika disampaikan dengan nada marah atau sarkastik, bisa membawa dampak negatif.
Jadi, bagaimana cara kita memastikan bahwa ucapan kita menjadi alat pembangun, bukan perusak? Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa Anda mulai dari sekarang:
- Sertakan Allah dalam setiap perkataan kita Misalnya, ganti “Kamu nakal” dengan “Allah ga suka sama anak yang perilaku jelek, Mama mau kamu disayangi Allah” Dengan cara ini, anak tidak merasa dilabeli nakal, tapi diarahkan untuk memperbaiki tindakan mereka.
- Berhenti memberikan label Hindari kritik langsung pada anak, dan fokus pada perilaku, bukan identitas. Misalnya, ganti “Kamu malas” dengan “Ayah tahu kamu mungkin merasa malas sekarang, tapi Ayah percaya kamu akan selalu bisa melawannya” Dengan cara ini, anak tidak merasa dihukum
- Gunakan bahasa yang memberdayakan Pilih kata-kata yang menginspirasi anak untuk mencoba hal baru, seperti “Ibu yakin kamu anak yang akan terus berusaha, meski sulit.” Kalimat ini mengajarkan anak untuk percaya pada kemampuannya sendiri dan tidak takut menghadapi tantangan.
- Jaga nada dan intonasi Kadang, nada bicara lebih berdampak daripada isi kalimat. Bicara dengan lembut, terutama saat anak melakukan kesalahan, membantu mereka merasa aman dan didukung, bukan dihakimi.
- Berikan pujian spesifik Ganti pujian, “Kamu pintar,” katakan, “Ayah suka cara kamu menyelesaikan tugas tadi. Kamu benar-benar berusaha keras.” Pujian spesifik membantu anak memahami bahwa kerja keras mereka dihargai.
Selain ucapan, anak juga membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembangnya. Cerita, buku, dan dialog sehari-hari bisa menjadi “asupan” yang memperkuat karakter mereka. Golden Kids ID menyediakan buku cerita anak yang tidak hanya menghibur, tapi juga sarat nilai moral untuk mendukung tumbuh kembang mereka. Dengan menyediakan bahan bacaan yang mendidik dan menginspirasi yang mudah mereka jumpai di sekitar mereka, Anda membantu anak memahami konsep kebaikan, kejujuran, disiplin diri, dan berbagai macam karakter yang lainnya.
Untuk membantu Anda memberikan yang terbaik bagi anak, temukan koleksi buku edukatif dan inspiratif di Golden Kids ID. Yuk, bersama-sama ciptakan generasi hebat dari kata-kata yang baik! Pastikan setiap ucapan Anda menjadi gizi bagi akal dan jiwa yang akan mereka bawa sepanjang hidup.